Mahasiswi Antropologi Kembali Menorehkan Prestasi dalam Kejuaraan Bela Diri

Perkenalkan salah satu Mahasiswi Antropologi FISIP Unair yang telah menorehkan gelar juara 3 kategori beregu putri pada perlombaan pencak silat UNS Cup Internasional 2018 yang diselenggarakan oleh UNS Surakarta. Hayyumu Farina Nurhalizah dengan sapaan akrabnya Farina, ia merupakan mahasiswi Antropologi angkatan 2016 yang baru mengeluti dunia persilatan di awal ia menjadi mahasiswi baru. Ia bergabung untuk pertama kalinya di olahraga bela diri dengan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) PSHT Universitas Airlangga. Awal ia bergabung di UKM PSHT ia tidak kepikiran bakal berprestasi dan mendapat juara, melainkan awal ia ikut dengan alasan dirinya merasa tomboy dan ia ingin melindungi untuk antisipasi tindak kejahatan. Meskipun ia tergolong baru mengikuti olahraga bela diri, namun ia telah menorehkan gelar juara dalam kejuaraan nasional maupun provinsi. Kejuaraan yang telah ia torehkan antara lain: Juara 1 beregu putri dewasa yang diselenggarakan UNEJ Jember tingkat Jawa-Bali, Juara 2 di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang tingkat Jawa-Bali, Juara 1 di Unair tingkat Nasional, Juara 3 di ITS tingkat Jawa Timur, Juara 3 di Universitas Mulawarman Samarinda, dan Juara 3 di UNS Surakarta.

Dibalik prestasi yang telah diperoleh Farina juga seorang mahasiswa yang aktif dalam berbagai organisasi dalam kampus maupun luar kampus. Kesibukan Farina bukan jadi alasan untuk bermalas-malasan atau meninggalkan dunia perkuliahannya meskipun ada kendala saat ada perlombaan dan masih ada perkuliahan ataupun ada ujian.
“Untuk menyiasati jika ada perlombaan saat perkuliah atau UTS, dan UAS saya pasti membuat time table.” Ulasnya.
Tujuan ia membuat time table ialah untuk memudahkan dan mengingatkan aktivitas apa saja yang dijadikan prioritasnya dan apa yang harus ia tinggalkan. Untuk skala prioritas yang dilakukan Farina ialah kumpul keluarga karena dari keluarga ia mendapat dorongan untuk terus berprestasi di bidang akademik maupun non akademik. Ia juga memiliki motivasi tersendiri untuk dirinya,
“pesilat yang hebat ialah pesilat yang menjadi manusia biasa.” Tuturnya.
Hal ini menuntutnya untuk menjadi pesilat yang sadar akan kekurangan dan tidak sombong dengan apa yang ia punya karena dari kerendahan hati seseorang akan menjadi hebat.

Penulis : Prasida Rageisna H.

Share